JD.ID ditutup layanan pada 15 Februari. Benarkah perusahaan e-commerce seperti Shopee, Tokopedia, Lazada tergerus TikTok Store?
JD.ID akan berhenti memesan mulai 15 Februari. Kemudian berhenti beroperasi pada 31 Maret.
“Dengan sangat menyesal kami mengumumkan bahwa JD.ID akan berhenti menerima pesanan mulai 15 Februari,” kata perusahaan itu dalam situs resminya, Senin (30/1).
JD.ID memberikan waktu kepada seluruh mitra pengguna dan penjual untuk menyelesaikan transaksi hingga akhir Maret.
Karena JD.ID tutup
Head of Corporate Communications & Public Affairs JD.ID Setya Yudha Indraswara mengatakan penutupan JD.ID merupakan keputusan strategis dari JD.Com.
JD.Com adalah raksasa teknologi e-commerce yang berbasis di China. Perusahaan ini mendukung operasional JD.ID di Indonesia.
“Ini adalah keputusan strategis JD.Com untuk berekspansi di pasar internasional dengan fokus membangun jaringan rantai pasok lintas batas. Logistik dan pergudangan itu intinya,” kata Setya kepada Katadata.co.id, Senin (30/1).
JD.ID tutup pada 15 Februari 2023 (JD.ID)
Kabar bahwa JD.Com akan merilis operasi bisnisnya di Indonesia yaitu JD.ID dan di Thailand sudah tersebar sejak bulan lalu. Kabarnya, hal ini bertujuan untuk mengurangi kerugian di kawasan Asia Tenggara dan memperkuat operasi di China.
JD.ID melakukan dua kali pemutusan hubungan kerja pada tahun lalu alias PHK.
“Langkah adaptif perlu diambil untuk menjawab tantangan perubahan bisnis yang sangat pesat akhir-akhir ini,” ujar Satya dalam siaran pers, bulan lalu (13/12/2022). “Salah satu langkah yang diambil manajemen adalah melakukan downsize agar perusahaan dapat terus bergerak beradaptasi dengan perubahan.”
Perusahaan logistik terafiliasi JD.ID, JDL Express, juga resmi menutup layanannya pada pekan lalu (22/1). Selain itu, telah berhenti mendaftarkan pengguna baru sejak 1 Januari.
“Layanan JDL Express Indonesia sudah tidak aktif mulai 22 Januari,” seperti dikutip dari situs resmi JDL Express, pekan lalu (23/1).
Shopee dan kawan-kawan dihancurkan oleh toko TikTok?
Transaksi e-commerce seperti Shopee, Tokopedia, dan Lazada akan sedikit meningkat di tahun 2022. Bank Indonesia (BI) menduga hal ini disebabkan maraknya social commerce atau belanja di media sosial, seperti TikTok.
BI menyebutkan transaksi e-commerce tahun lalu Rp 476,3 triliun. Total transaksi sebesar 3,48 miliar.
Nilai transaksi meningkat 19% secara tahunan (year-on-year/yoy), namun masih di bawah target BI sebesar Rp489 triliun.
Deputi Gubernur BI Doni P Joewono menduga penurunan pertumbuhan transaksi dari Shopee ke Tokopedia karena maraknya tren social commerce seperti TikTok.
Faktor lainnya adalah biaya. BI sedang mempelajari kemungkinan pengurangan transaksi di e-commerce, karena biaya transaksi melalui media sosial seperti TikTok lebih murah dibandingkan Shopee, Tokopedia, Lazada, dan Bukalapak.
BI memperkirakan nilai transaksi e-commerce akan meningkat 12% tahun ini. Sementara itu, jumlahnya diprediksi meningkat hingga 17%.
Transaksi TikTok Store di Asia Tenggara diperkirakan mencapai US$4,4 miliar atau sekitar Rp66,7 triliun pada 2021, menurut dua sumber The Information. Nilainya lebih kecil dari Shopee dan Lazada, serta Tokopedia di Indonesia.
“Pengeluaran pengguna (TikTok Shop) di Asia Tenggara meningkat lebih dari empat kali lipat. GMV jadi US$ 4,4 miliar,” ujar dua sumber The Information, pekan lalu (9/1).
Namun, GMV TikTok Store di Asia Tenggara pada 2021 berada di bawah Shopee yang mencapai US$ 62,5 miliar atau Rp 899 triliun. Dengan rincian sebagai berikut:
Lazada juga mencatatkan GMV per September 2021 sebesar US$21 miliar atau sekitar Rp302 triliun. Sementara itu, pengguna aktif tahunan meningkat 1,8 kali menjadi 130 juta.
Di Indonesia, Tokopedia juga mencatatkan GTV atau Nilai Transaksi Bruto (GTV) sebesar Rp 230 triliun pada 2021. Nilainya meningkat 46% dibanding 2020.
Tokopedia menargetkan GTV tahun lalu Rp334 triliun, atau meningkat 24% dibanding 2021. Sementara GTV tahun 2024 ditargetkan Rp669 triliun.
Meski begitu, fitur live streaming TikTok Shop mengalahkan Shopee dan Tokopedia di Indonesia. Hal itu berdasarkan survei perusahaan e-logistik Ninja Van terhadap 316 pedagang di Indonesia pada November 2022.
Survei ini bertujuan untuk memahami fenomena belanja menggunakan live streaming. “Akibatnya, sekitar 27,5% responden Indonesia menggunakan TikTok,” ujarnya seperti dikutip dalam laporan survei, Jumat (27/1).
Dengan rincian sebagai berikut:
TikTok (27.5%)Shopee (26.5%)Lazada (20.1%)Instagram (12.2%)Facebook (10.1%)YouTube (3.7%)
Laporan Ninja Xpress menunjukkan bahwa nilai transaksi (GMV) TikTok meningkat hingga 411%. Pesanan di TikTok Store meningkat 564,1% dibandingkan periode sebelumnya.
Namun, live streaming Shopee lebih unggul di Asia Tenggara. Dengan rincian sebagai berikut: