Alkitab didukung Grup Djarum berencana daftar alias initial public offering (IPO) awal bulan depan. E-commerce ini bersaing dengan Tokopedia dan Shopee yang mengembangkan layanan seperti aplikasi super (superapp).
Berdasarkan prospektus IPO, masa penawaran perdana akan berlangsung mulai 17 hingga 24 Oktober. Sedangkan tanggal efektifnya diperkirakan pada 28 Oktober.
Lebih lanjut, “masa penawaran umum atau IPO akan berlangsung pada 1 – 3 November,” seperti dikutip dari prospektus, Senin (17/10).
Sebelum IPO, Blibli melakukan merger dengan Tiket.com dan Ranch Market. Ketiganya membentuk entitas baru bernama Blibli Tiket.
Tokopedia mengambil langkah serupa sebelum IPO. E-commerce hijau ini bergabung dengan Gojek dan membentuk entitas baru bernama GoTo.
Sedangkan Shopee mengembangkan layanannya secara mandiri atau tanpa merger dengan startup lain. Kemudian Bukalapak juga mengembangkan superapp, namun bekerja sama dengan pihak ketiga.
Blibli, Tokopedia, Shopee, dan Bukalapak sama-sama memperluas layanan di luar bisnis inti mereka, yaitu e-commerce. Namun, metodenya berbeda, ada yang bergabung, berkembang secara mandiri, dan ada yang bekerja sama.
IPO Blibli Instan
E-commerce yang didukung Grup Djarum memulai tahapan IPO hari ini (17/10). PT Global Niaga Tbk atau Blibli (BELI) akan menerbitkan 17,77 miliar saham atau sekitar 15% dari modal ditempatkan dan disetor perseroan.
Harga penawaran Rp 410 – Rp 460 per saham. Karenanya, diperkirakan Blibli akan meraup Rp8,17 triliun dari IPO tersebut.
Sebagian besar dana hasil IPO akan digunakan untuk membayar utang. “Sekitar Rp 5 triliun,” kata direksi Blibli dikutip dari prospektus IPO, Senin (17/10).
Berdasarkan prospektus IPO, masa penawaran perdana akan berlangsung mulai 17 hingga 24 Oktober. Sedangkan tanggal efektifnya diperkirakan pada 28 Oktober.
Selanjutnya, masa penawaran umum atau IPO akan berlangsung pada 1 – 3 November.
Sebelum IPO, Blibli juga melakukan merger dengan startup tiket OTA Tiket.com dan Ranch Market. Ketiganya membentuk entitas baru bernama Blibli Tiket.
Logo Blibli dan Tiket.com (Blibli dan Tiket.com)
Blibli Bersaing dengan Tokopedia, Shopee, Bukalapak
Pendiri Blackberry, Mike Lazaridis, mempresentasikan definisi superapp pada 2010. Saat itu, dia menilai superapp adalah ekosistem tertutup dari banyak aplikasi yang akan digunakan orang setiap hari.
Berbagai layanan disediakan dalam satu aplikasi. Mengacu pada definisi tersebut, Blibli, Tokopedia, Shopee, Bukalapak merupakan layanan seperti aplikasi super atau aplikasi super.
Perbandingan layanan Blibli, Tokopedia, Shopee dan Bukalapak adalah sebagai berikut:
Alkitab Tokopedia Shopee Bukalapak e-commerce B2C √ √ √ √ perdagangan elektronik B2B √ √ √ √ Pengantaran makanan √ √ √ – Logistik (B2B) √ √ √ – Pengiriman barang (B2C) – – √ √ Bahan makanan √ √ √ √ produk digital √ √ √ √ Agen Perjalanan Online √ – √ – Bank Digital* – √ √ √ Bayar nanti √ √ √ √ Otomotif √ √ √ √ Warung pinggir jalan √ √ √ Konsultasi Hukum – – – √ Properti – – – √ Jadilah cerdas – – – √ Investasi √ √ √ √
Layanan ini disediakan secara mandiri oleh originator atau bekerja sama. Dari segi logistik, misalnya, empat perusahaan e-commerce membangun gudangnya sendiri.
Blibli menjalankan layanan logistik, dengan mengoperasikan 14 gudang. Luas total gudang lebih dari 130.000 m2.
Selain itu, ia memiliki 33 hub dan armada pengiriman Paket BES dengan lebih dari 750 spesialis.
Layanan komprehensif ini memungkinkan Blibli untuk memberikan pengiriman atau ongkos kirim gratis, solusi pengiriman dua jam, tukar tambah dan pengiriman terjadwal. sampai kebijakan pengembalian dengan jangka waktu hingga 15 hari.
Blibli, Tokopedia, Shopee dan Bukalapak bekerja sama dengan mitra logistik untuk metode pengiriman. Namun Shopee juga menyediakan layanan yang dikembangkan sendiri bernama Shopee Express.
Mengapa Menjadi SuperApp?
Ketua Asosiasi Modal Ventura Startup Indonesia (Amvesindo) Eddi Danusaputro pernah mengatakan kepada Katadata.co.id bahwa superapp adalah platform yang menyediakan berbagai layanan.
Menurutnya, langkah tersebut bertujuan untuk cross-selling atau menjual produk baru kepada pelanggan yang sudah ada. Selain itu untuk menjaga loyalitas pengguna dan meningkatkan transaksi, sehingga mempercepat usaha perusahaan untuk memperoleh keuntungan.
Nitin Pangarkar, Associate Professor di Departemen Strategi & Kebijakan di Sekolah Bisnis National University of Singapore (NUS), mengatakan ada tiga faktor untuk mengukur prospek bisnis superapps. Pertama, kematangan pasar.
Jumlah pengguna telepon pintar (smartphone) dan kecepatan internet diperhitungkan. Di Indonesia, angka-angka tersebut dapat dilihat pada Kotak Data di bawah ini:
Namun, Nitin yakin kematangan pasar juga bergantung pada tingkat persaingan dan pemain yang sudah mapan di pasar.
“Semakin matang pasar, terutama mengenai pemain yang sudah mapan, semakin sulit bagi perusahaan yang belum menjadi superapps untuk membuat aplikasi super andal seperti WeChat di China,” ujarnya seperti dikutip Business Times, pada September 2019.
Kedua, medan perang yang dipilih oleh superapp. “Setiap negara memiliki konteks yang berbeda dan mungkin memerlukan pendekatan yang disesuaikan,” kata Nitin.
Ia mengatakan, perusahaan harus mencari ‘anchor services’ yang bisa menghasilkan pendapatan dan keuntungan yang signifikan. “Jika kandidat tidak dapat menemukannya, mungkin sia-sia mencoba menjadi superapp,” katanya.
Ketiga, cara membangun superapp adalah dengan membuat layanan sendiri atau berkolaborasi. Grab misalnya, mengadopsi model berbagi, sehingga kebutuhan sumber daya lebih rendah.
“Namun model ini kurang menguntungkan, karena sebagian besar keuntungan akan diberikan kepada penyedia jasa,” katanya.