DPR menyoroti Project S TikTok yang sudah ada di Inggris. Pasalnya, proyek ini dianggap sebagai ancaman bagi UKM.
Proyek S TikTok Shop pertama kali dilaporkan oleh Financial Times pada akhir bulan lalu. Pengguna di Inggris mulai melihat fitur belanja baru di aplikasi TikTok yang disebut ‘Trendy Beat’.
Di Inggris, produk populer yang dijual di ‘Trendy Beat’ TikTok termasuk pembersih telinga dan sisir bulu hewan peliharaan, bukan pakaian.
“Produk yang ditampilkan di fitur ‘Trendy Beat’ TikTok dikirim langsung dari China. Sementara penjualnya terdaftar di Singapura, terdaftar sebagai milik ByteDance,” kata seorang sumber dikutip dari Financial Times, akhir bulan lalu (22/6).
Anggota Komisi VI DPR RI Amin Ak menilai fitur baru Tik Tok berpotensi mengancam produk UMKM, jika tersedia di Indonesia. “Karena fitur ini hanya mengutamakan produk UKM China, UKM lokal terpinggirkan,” kata Amin dalam siaran persnya, Rabu (12/7).
Ia khawatir proyek TikTok S merupakan cara perusahaan menguasai pasar Indonesia dengan menciptakan tren produk, baik itu fashion, aksesoris, dan berbagai produk lainnya.
Menurutnya, TikTok akan mempopulerkan atau tren produk viral yang sudah dikendalikan oleh algoritma perusahaan. Kemudian barang-barang populer tersebut diproduksi oleh UKM China dan dijual melalui platform social commerce TikTok.
“Ini jelas mengancam UKM,” kata Amin.
Ia berharap pemerintah membuat regulasi untuk melindungi UKM, salah satunya dengan merevisi Permendagri nomor 50 tahun 2020.
Hal senada disampaikan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah atau UKM Menkop Teten Masduki. Menurut dia, revisi aturan sudah dibahas sejak tahun lalu, namun hingga saat ini belum dirilis.
“Itu bukan hanya untuk TikTok, untuk semua e-commerce lintas batas alias cross-border trade. Jadi jangan dituduh anti TikTok, tidak, saya hanya ingin melindungi produk UKM agar setara dengan produk luar negeri, jangan dikasih kemudahan,” kata Teten di Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil. dan Dinas Usaha Menengah, di Jakarta, Rabu (12/7).
Ia menduga Project S TikTok Shop adalah cara perusahaan mengumpulkan data produk yang laris manis di suatu negara, untuk kemudian dirilis di China.
“Di Inggris, 67% algoritme TikTok dapat mengubah kebiasaan pengguna di sana dari tidak ingin berbelanja menjadi berbelanja. Ini bisa mengarahkan produk yang mereka bawa dari China dan bisa sangat murah,” kata Teten
Teten menilai TikTok Store menyatukan media sosial, perdagangan lintas batas, dan ritel online. Dari 21 juta UKM yang terhubung dengan ekosistem digital, mayoritas yang dijual secara online adalah produk asal China.
Ia khawatir jika hal ini tidak segera disikapi dengan kebijakan yang tepat, pasar e-commerce Tanah Air akan didominasi oleh produk China.
Teten menegaskan dirinya bukan anti China atau produk asing. Namun sebagai upaya perlindungan UKM, produk dari luar negeri perlu mengikuti mekanisme impor produk antara lain melengkapi izin edar dari BPOM, memenuhi SNI hingga sertifikasi halal.
“Kalau ritel online masih diperbolehkan menjual produk impor langsung ke konsumen, tentu UKM tidak akan mampu bersaing. Sebab, saat menjual UKM dalam negeri harus memiliki izin edar dari BPOM, sertifikasi halal, dan SNI. Mereka langsung enak,” katanya.
Katadata.co.id mengkonfirmasi kepada TikTok Indonesia apakah Project S akan hadir di Indonesia. Perwakilan TikTok Indonesia mengatakan bahwa perusahaan selalu mencari cara baru untuk meningkatkan pengalaman komunitas TikTok.
“Saat ini kami sedang dalam tahap awal bereksperimen dengan fitur belanja baru,” ujar perwakilan TikTok Indonesia kepada Katadata.co.id, akhir bulan lalu (26/6). Fitur ini belum tersedia di Indonesia saat ini.
Belum ada informasi bahwa fitur ini akan diluncurkan di Indonesia dalam waktu dekat.