JD.ID menutup operasi pada 31 Maret dan berhenti menerima pesanan pada 15 Februari. Bagaimana nasib para pekerja e-commerce ini?
Katadata.co.id telah mengkonfirmasi kepada JD.ID mengenai nasib karyawan tersebut. “Saya belum bisa memberikan pernyataan,” kata Head of Corporate Communications & Public Affairs JD.ID Setya Yudha Indraswara kepada Katadata.co.id, Selasa (31/1).
Ia mengatakan penutupan JD.ID merupakan keputusan strategis dari JD.Com. JD.Com adalah raksasa e-commerce yang berbasis di China. Perusahaan ini mendukung operasional JD.ID di Indonesia.
“Ini adalah keputusan strategis JD.Com untuk berekspansi di pasar internasional dengan fokus membangun jaringan rantai pasok lintas batas. Logistik dan pergudangan itu intinya,” kata Setya kepada Katadata.co.id, Senin (30/1).
Terkait karyawan, JD.ID sudah dua kali berhenti atau di-PHK pada Mei dan Desember 2022. Jumlah karyawan yang di-PHK pada Mei 2022 belum dirinci.
Sedangkan pada Desember 2022, JD.ID mem-PHK 30% dari total atau sekitar 200 orang.
Perusahaan logistik yang terafiliasi dengan JD.ID, JDL Express, juga menutup layanannya lebih awal pada 22 Januari. Selain itu, telah berhenti mendaftarkan pengguna baru sejak 1 Januari.
“Layanan JDL Express Indonesia sudah tidak aktif mulai 22 Januari,” seperti dikutip dari situs resmi JDL Express, pekan lalu (23/1).