JD.ID ditutup beroperasi per 31 Maret dan tidak lagi menerima pemesanan per hari ini (15/2). Kementerian Komunikasi dan Informatika (Infokom) meminta perusahaan e-commerce ini untuk memusnahkan data pengguna.
“Kalau ditutup, data pribadi pengguna harus dimusnahkan,” ujar Dirjen Aplikasi Informatika Kemenkominfo Semuel A Pangerapan saat acara penandatanganan MoU antara GoTo dan Gerakan Nasional Literasi Kreatif Cyber di Jakarta , dua minggu lalu (6/2).
“Beri tahu pengguna bahwa itu akan ditutup dan data pribadi mereka akan dihapus,” tambahnya.
Jika data pengguna tidak dimusnahkan saat JD.ID ditutup atau perusahaan lain ditutup, pembatasan akan berlaku. “Ada hukumnya,” kata Semuel.
Data pengguna JD.ID yang berasal dari warga negara Indonesia juga tidak boleh digunakan oleh perusahaan induknya, JD.com. Ini karena pasar JD.ID ada di Indonesia, bukan di China.
Jika JD.Com menyimpan data pengguna Indonesia, itu adalah tindakan kriminal.
JD.ID stop order mulai hari ini (15/2). Kemudian berhenti beroperasi pada 31 Maret.
“Dengan sangat menyesal kami mengumumkan bahwa JD.ID akan berhenti menerima pesanan mulai 15 Februari,” kata perusahaan itu di situs resminya bulan lalu (30/1).
JD.ID memberikan waktu kepada seluruh mitra pengguna dan penjual untuk menyelesaikan transaksi hingga akhir Maret.
Head of Corporate Communications & Public Affairs JD.ID Setya Yudha Indraswara mengatakan penutupan JD.ID merupakan keputusan strategis dari JD.Com.
JD.Com adalah raksasa teknologi e-commerce yang berbasis di China. Perusahaan ini mendukung operasional JD.ID di Indonesia.
“Ini adalah keputusan strategis JD.Com untuk berekspansi di pasar internasional dengan fokus membangun jaringan rantai pasok lintas batas. Logistik dan pergudangan itu intinya,” ujar Setya kepada Katadata.co.id, bulan lalu (30/1).
Kabar bahwa JD.Com akan merilis operasi bisnisnya di Indonesia yakni JD.ID dan di Thailand sudah tersebar sejak Desember lalu. Kabarnya, hal ini bertujuan untuk mengurangi kerugian di kawasan Asia Tenggara dan memperkuat operasi di China.
JD.ID telah melakukan pemutusan hubungan kerja alias PHK terhadap 200 karyawan atau 30% dari total bulan lalu. E-commerce ini juga mengurangi jumlah karyawan di awal tahun 2022.
“Langkah adaptif perlu diambil untuk menjawab tantangan perubahan bisnis yang sangat pesat akhir-akhir ini,” ujar Satya dalam siaran pers, pada Desember (13/12/2022). “Salah satu langkah yang diambil manajemen adalah melakukan downsize agar perusahaan dapat terus bergerak beradaptasi dengan perubahan.”
JDL Express, perusahaan logistik yang terafiliasi dengan JD.ID, juga resmi menutup layanannya per 22 Januari. Selain itu, telah berhenti mendaftarkan pengguna baru sejak 1 Januari.
“Layanan JDL Express Indonesia sudah tidak aktif mulai 22 Januari,” seperti dikutip dari situs resmi JDL Express, bulan lalu (23/1).