Pengguna paylater atau pembayaran cicilan di platform unicorn Xendit meningkat 10 kali lipat pada tahun lalu. Startup teknologi keuangan (fintech) juga membukukan transaksi pembayaran digital senilai US$20 miliar.
“Pembayar semakin tertarik, terbukti dengan jumlah pembayaran yang meningkat hingga 10 kali lipat,” demikian keterangan media Xendit, Jumat (12/1).
Pertumbuhan itu lebih tinggi enam kali lipat dari kartu kredit, maupun pembayaran digital alias e-wallet, lima kali lipat secara tahunan (year-on-year/yoy).
Selama setahun terakhir, Grup Xendit memproses lebih dari 200 juta transaksi pembayaran digital di Indonesia. Total nilai volume transaksi lebih dari US$20 miliar, sekitar Rp300 triliun, naik 30% yoy.
Mayoritas atau 36% dari pembayaran digital di Xendit adalah transfer Virtual Account.
Meskipun demikian, Xendit memfasilitasi lebih dari 20 juta transaksi QRIS, dengan volume transaksi sebesar US$150 juta atau sekitar Rp2 triliun, naik 17,25% yoy.
Xendit melayani 3.500 merchant aktif tahun lalu, terdiri dari 70% merchant UKM dan 30% enterprise.
Sektor pariwisata mencatatkan pertumbuhan transaksi tertinggi sebesar 181,4%. Disusul hiburan seperti permainan, tiket pertunjukan, tempat wisata (132,5%) dan restoran (68,4%).
“Kami berharap kedepannya semakin banyak pelaku bisnis yang memanfaatkan peluang pertumbuhan digital, sehingga sektor ekonomi dapat pulih kembali,” ujar Co-Founder dan Chief Operating Officer Xendit Group Tessa Wijaya.
Awal tahun ini, Xendit hadir di Malaysia. Perusahaan memang memiliki visi untuk menjadi penyedia infrastruktur pembayaran terkemuka di Asia Tenggara.
Unicorn berencana untuk terus berpartisipasi aktif dalam program pemerintah, asosiasi, UKM, mitra dan event nasional lainnya di Indonesia tahun ini.