Aktivitas belanja melalui platform perdagangan elektronik atau e-commerce di kota tier 2 dan tier 3 meningkat secara konsisten selama tiga tahun terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa pangsa e-commerce berkembang di seluruh wilayah.
Demikian rangkuman hasil riset Katadata Insight Center atau KIC dan Kredivo bertajuk ‘Perilaku Pengguna e-Commerce Indonesia 2023’ yang diluncurkan di Jakarta, Rabu (14/6).
Laporan riset tersebut menyebutkan bahwa tren belanja di e-commerce sepanjang tahun 2022 mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya, yang mengindikasikan daya beli yang stabil. Hal ini juga menunjukkan konsumen semakin nyaman berbelanja online, didorong oleh pandemi Covid-19.
Tren peningkatan belanja dibuktikan dengan konsistennya peningkatan nilai transaksi rata-rata dan proporsi belanja melalui e-commerce di kota tier 2 dan tier 3 dalam tiga tahun terakhir, dari 33% di tahun 2020 menjadi 43% di tahun 2022. Di sisi lain, nilai e-transactions-trade masih didominasi oleh kota-kota tier 1 yang mencapai 57%.
Peningkatan aktivitas belanja di kota tier 2 dan tier 3 didukung oleh upaya pemerataan infrastruktur pemerintah, termasuk infrastruktur digital dan supply chain di seluruh Indonesia.
“Jumlah daerah dengan penetrasi internet di bawah 50% semakin berkurang yaitu hanya enam daerah pada tahun 2021. Hal ini membuat semakin banyak masyarakat di kota tier 2 dan 3 bertransaksi melalui e-commerce,” tulis laporan riset tersebut.
Direktur Katadata Insight Center, Adek M. Roza menjelaskan bukti lain peningkatan belanja di e-commerce adalah penyediaan belanja online bagi masyarakat tercatat rata-rata 4% – 6% dari pendapatan. Tak hanya itu, transaksi konsumen lawas juga terus tumbuh secara konsisten di tengah dominasi milenial.
Meski aktivitas belanja di e-commerce mengalami peningkatan sepanjang tahun, tren belanja menurun pada kuartal IV 2022. Hal ini disebabkan pergeseran pola belanja masyarakat pada periode pasca pandemi dengan 79% konsumen memilih kombinasi offline. tren belanja dan online. Selain itu, gejolak ekonomi juga berimbas pada penurunan daya beli pada kuartal terakhir tahun lalu.
SVP of Marketing & Communications Kredivo, Indina Andamari mengatakan, hasil analisis riset tersebut menggunakan 22 juta sampel transaksi yang berasal dari 2,2 juta sampel pengguna Kredivo di 34 wilayah dan pada enam situs e-commerce di Indonesia. Periode penelitian berlangsung dari Januari hingga Desember 2022.
“Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, riset tahun ini berakar dari tren belanja masyarakat di e-commerce yang semakin beragam dan dinamis. Kredivo memiliki data primer yang sangat kaya dengan informasi tentang preferensi konsumen,” ujarnya.
Ia berharap dengan adanya penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan wawasan mengenai tren dan perilaku masyarakat yang berbelanja online serta perkembangan penggunaan Paylater.