Kredivo dan Katadata Insight Center (KIC) meluncurkan riset tahunan mereka dengan tema Perilaku Konsumen e-Commerce Indonesia. Riset ke-4 menggunakan 22 juta sampel transaksi yang berasal dari 2,2 juta sampel pengguna Kredivo di 34 wilayah di enam situs e-commerce dari Januari hingga Desember 2022.
Studi tersebut menemukan bahwa tren belanja menggunakan e-commerce sepanjang tahun 2022 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2021. Hal ini dibuktikan dengan konsistennya peningkatan penggunaan e-commerce di kota tier dua dan tiga dalam tiga tahun terakhir.
Meskipun transaksi e-commerce meningkat sepanjang tahun 2022 dibandingkan tahun sebelumnya, namun terjadi penurunan transaksi pada triwulan IV tahun 2022. Hal ini disebabkan penularan isu resesi dan gejolak ekonomi global. Studi tersebut juga mengungkapkan bahwa orang menganggarkan sekitar 4-6 persen dari pendapatan mereka untuk belanja online.
Penetrasi e-commerce berdampak pada daya beli konsumen yang lebih tua. Transaksi konsumen lansia terus tumbuh secara konsisten di tengah dominasi konsumen milenial.
Satu pengguna e-commerce melakukan transaksi paling banyak untuk membeli gadget. Konsumen dengan 1-2 anak paling banyak membeli produk pada kategori anak dan bayi. Sedangkan konsumen yang memiliki 3-5 anak cenderung lebih fokus berbelanja peralatan rumah tangga dan makanan.
Fakta lain yang terungkap dalam penelitian ini adalah adanya pergeseran pola pengeluaran pascapandemi. Hal ini terlihat dari 79 persen konsumen yang melakukan kombinasi belanja online dan offline.
“Meski terjadi pergeseran pola belanja, kami melihat e-commerce akan tetap menjadi pilihan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan akan tetap menjadi penggerak utama perekonomian Indonesia,” kata Direktur KIC Adek M. Roza dalam siaran persnya. rilis, Rabu (14/6).
Ia menyimpulkan, hasil kajian tahun ini memperkuat indikator daya beli masyarakat melalui e-commerce yang terjaga.
Sedangkan layanan penundaan pembayaran (paylater) menjadi solusi yang dipilih masyarakat untuk melakukan pembelanjaan. Frekuensi penggunaan paylater untuk e-commerce tercatat sebesar 16,2 persen, lebih baik dibandingkan metode transfer bank (10,2 persen).
Tren penggunaan paylater didominasi oleh tujuan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti belanja barang (87,1 persen), membayar tagihan bulanan (51,8 persen), serta membeli pulsa dan paket internet (48,9 persen).
Sementara itu, sebanyak 60,9 persen responden yang pernah menggunakan paylater mengatakan bahwa paylater merupakan kredit pertama yang mereka dapatkan. Pernyataan ini terutama diungkapkan oleh responden dengan status sosial ekonomi (SES) C.
Pola penggunaan PayLater berubah menjadi lebih banyak digunakan untuk belanja kebutuhan bulanan, dengan cicilan jangka pendek (56,8 persen) daripada untuk kebutuhan mendesak (52,1 persen). Perubahan ini terjadi seiring dengan meningkatnya tingkat pengetahuan konsumen tentang penerima pembayaran.
Direktur Center for Economic and Legal Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan paylater membuka akses kredit yang aman, terjangkau, dan mudah bagi hampir semua lapisan masyarakat.
“Saya melihat instrumen paylater di ekosistem e-commerce berpengaruh terhadap tingkat kepercayaan konsumen. Terutama kalangan menengah ke atas yang sebelumnya sudah cukup menahan pengeluaran akibat dampak wabah,” ujarnya.
Studi ini, lanjutnya, memperkuat indikasi bahwa pembayar tidak hanya digunakan untuk kebutuhan mendesak, tetapi juga untuk keperluan pembayaran sehari-hari. Paylater dianggap sebagai metode pembayaran tagihan dan kebutuhan sehari-hari yang efisien.
Seiring dengan meningkatnya penggunaan paylater, dampak turunannya terhadap industri ekonomi digital juga akan semakin signifikan. “Mulai dari percepatan pembangunan infrastruktur, hingga penyerapan lapangan kerja yang akan berdampak pada perputaran ekonomi,” ujarnya.
Kredivo Indina Andamari, Senior Vice President of Marketing & Communications, mengatakan riset tahunan ini menjadi ikon riset Kredivo. “Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, riset tahun ini berakar pada tren belanja masyarakat di e-commerce yang semakin beragam dan dinamis,” ujarnya.
Kredivo memiliki data primer yang sangat kaya dengan informasi tentang preferensi konsumen. “Harapan kami penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan wawasan mengenai tren dan perilaku masyarakat dalam berbelanja online, serta perkembangan penggunaan paylater,” imbuhnya.