TikTok dan Shopee bersaing memperebutkan pasar belanja potensial termasuk live streaming di Indonesia senilai US$ 27 miliar atau sekitar Rp 405 triliun pada 2025. Keduanya juga gencar memberikan potongan harga atau ‘bakar uang’.
Shopee gencar memberikan promosi selama masa kampanye 7.7. Bahkan secara rutin memberikan diskon 50% hingga Rp 30.000 untuk pembelian barang di Shopee Live mulai pukul 20.00 WIB.
Berikut 10 toko teratas yang mencatat transaksi terbanyak selama periode diskon 7,7 di Shopee Live:
TokoPapaRaffiThe OriginoteSkintificMaybelline IndonesiaSomethingVivoWingsUnilever IndonesiaScarletInthebox
TokoPapaRaffi dengan brand ambassador Raffi Ahmad menjadi favorit pengguna dan jumlah transaksi atau pemesanan mencapai tujuh miliar.
“Banyak streamer dan penjual lainnya memanfaatkan Shopee Live pada puncak kampanye 7.7 dan mengalami respons yang luar biasa sehingga mereka dapat meningkatkan penjualan harian lebih dari 50 kali dibandingkan tahun lalu,” kata Shopee dalam siaran pers, Senin (10/7).
Head of Marketing Growth Shopee Indonesia Monica Vionna mengatakan, fitur live shopping mendapat respon positif dari para pebisnis dalam memanfaatkan Shopee Live sebagai platform pemasaran dan penjualan yang dapat meningkatkan kinerja bisnis.
Untuk itu, Monica menyatakan Shopee berkomitmen untuk semakin memajukan industri live streaming di Indonesia dengan menghadirkan berbagai inovasi dan inisiatif yang bermanfaat bagi seluruh ekosistem Shopee.
Selama 7.7 Shopee Live Bombastic Sale, Shopee mencatat peningkatan transaksi hingga 12 kali lipat dibandingkan hari biasa. Jumlah pembeli meningkat hingga 10 kali lipat.
“Kategori fashion dan beauty paling digemari dan paling dicari dengan peningkatan transaksi yang signifikan melalui Shopee Live,” ujar Monica.
Sementara itu, TikTok mengadopsi konsep Shoppertainment, yaitu perdagangan berbasis konten yang mengutamakan hiburan dan pendidikan dengan tetap mengintegrasikan konten dan komunitas.
Head of Global Business Solutions TikTok, Asia Pacific, Middle East, Africa & Central Asia Shant Oknayan mengatakan, potensi bisnis belanja shoppertainment termasuk live streaming di Indonesia mencapai US$ 27 miliar atau sekitar Rp 405 triliun pada 2025. Di Asia Pasifik, nilainya bisa mencapai US$1 triliun.
Data tersebut didasarkan pada studi TikTok dan Boston Consulting Group (BCG) berjudul ‘Shoppertainment: APAC’s Trillion-Dollar Opportunity’ di seluruh pasar Asia Pasifik, termasuk Indonesia, Thailand, Vietnam, Australia, Korea Selatan, dan Jepang.
Analisis BCG memprediksi tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) dari biaya sebesar 63%. Ada tiga pasar utama yang berkontribusi di Asia Pasifik, yaitu Indonesia, Jepang, dan Korea Selatan.
Shant menyebut TikTok sebagai rumah Shoppertainment, yang memberikan pengalaman belanja unik bagi pengguna dan merek.
Berdasarkan data internal Hypefast, alasan brand lokal memilih TikTok Shop adalah:
Pemain merek lokal yang aktif Lebih sedikit biaya yang diambil atau biaya pedagang Toko TikTok Membawa konsep belanja langsung Profil pengguna yang sangat responsif untuk menjual produk dengan diskon besar
“Perilaku konsumen ini membuat lebih banyak merek lokal menggunakan TikTok Store sebagai saluran untuk menyoroti inventaris,” kata data Hypefast seperti dikutip.
Sedangkan brand lokal memilih Shopee karena:
Pelanggan aktif Kemudahan pedagang alat Gratis ongkos kirim atau ongkos kirim bersubsidi
“Namun selama satu tahun terakhir, ada fenomena baru yaitu TikTok Shop yang tumbuh signifikan sebagai saluran penjualan online,” ujar Hypefast.
Diperkirakan TikTok akan memberikan insentif seperti diskon, US$ 600 juta – US$ 800 juta (Rp 9 triliun – Rp 12 triliun) setahun. Perusahaan China tersebut bertujuan untuk menjadi pemimpin di Indonesia, bersaing dengan Shopee, Lazada dan Tokopedia.
“TikTok menghabiskan banyak uang saat ini untuk insentif bagi pembeli dan penjual, yang mungkin tidak berkelanjutan,” kata Jonathan Woo, analis senior di Phillip Securities Research.
Jonathan Woo memperkirakan insentif yang diberikan TikTok sebesar US$ 600 juta – US$ 800 juta per tahun, atau sekitar 6% – 8% dari target gross merchandise value (GMV) sebesar US$ 10 miliar tahun ini.